Mengenai Saya

Foto saya
Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia
I'm in Tadulako University, Central Sulawesi now

Selasa, 10 Februari 2009

PEWARNAAN GRAM

PEWARNAAN GRAM
Oleh: Matsrial Putra R
School of Medicine, Tadulako University


Pewarnaan terhadap bakteri yang paling sering dilakukan adalah pewarnaan Gram dan Ziehl‐Nelsen. Pewarnaan tersebut untuk mengetahui morfologi, struktur, dan karakteristik bakteri. Pewarnaan Gram dapat mengidentifikasi penyakit infeksi. Infeksi ringan contohnya adalah faringitis, otitis, sinusitis, uretritis, dermatitis, impetigo, erysipelas, abscess, dll. Sedangkan infeksi berat contohnya adalah endocarditis, pneumonia, pleuritis, emfisema, encephalitis, ophtalmia neonatorum, osteomyelitis, meningitis, endometritis, salvingitis, demam reumatik, glomerulonephritis, sepsis, dll. Prosedur pewarnaan Gram dimulai dengan pemberian kristal violet, setelah itu ditambahkan larutan iodium maka semua bakteri akan berwarna biru. Setelah itu ditambah alkohol. Bakteri Gram positif membentuk kompleks kristal iodine yang berwarna biru. Setelah di tambahkan safranin, bakteri Gram positif akan berwarna ungu. Contoh bakteri Gram positif adalah Streptococcus, Bacillus, Stapilococcus, Clostridia, Corynebacterium dhypteriae, Peptococcus, Peptostreptococcus, dll. Sedangkan bakteri Gram negatif akan terdekolorisasi oleh alcohol dan pemberian safranin akan memberikan warna merah pada bakteri Gram negatif. Contoh bakteri Gram negatif adalah Neisseria, Klebesiella, Vellonella, Shigella, Salmonella, Hemophillus, dll. Teori Salton menjelaskan bahwa ada konsentrasi lipid yang tinggi pada dinding sel bakteri Gram negative. Sehingga jika lipid dilarutkan dalam pemberian alcohol, maka pori‐pori akan membesar dan tidak mengikat pewarna. Hal ini menyebabkan bakteri menjadi tidak berwarna. Sedangkan bakteri Gram positif akan mengalami denaturasi selama pemberian alcohol. Hal ini akan mengecilkan pori‐pori sehingga menghasilkan kompleks kristal iodium. Bakteri Gram positif memiliki dinding sel yang kuat dan lapisan peptidoglikan sebanyak 30 lapisan sehingga permeabilitas dinding selnya menjadi berkurang. Sdangkan bakteri Gram negatif hanya memiliki 1‐2 lapisan peptidoglikan sehingga memiliki permeabilitas dinding sel yang lebih besar. Pewarnaan Gram terdiri atas : 1. Gram A (violet) : a. Kristal violet b. Aalkohol c. Ammonium oksalat d. Aquades 2. Gram B (cokelat) a. Iodium b. Kalium iodide c. Aquades 3. Gram C
a. Aseton b. Alcohol 4. Gram D (merah) a. Safranin b. Alcohol c. Aquades Pewarnaan ZN digunakan untuk mengidentifikasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri tahan asam, conttohnya adalah Micobacteriom tuberculosis, Micobacterium leprae, Mycobacterium atypical seperti Mycobacterium avium intraseluler / Mycobacterium avium complex yang tumbuh pada 41C yang menyerang sistem imun, Mycobacterium marinum dan Mycobacterium ulcerans yang tumbuh pada 31C dan menginfeksi kulit, Nocardia, Legionella mycdatci, Rhodococcus, Tsukamurella, Gordonia / Gordona, Cryptosporidium, Isospora, Cyclospora, Sarcocytis, dll. Contoh bakteri than asam yang tidak cocok pada pewarnaan ZN tetapi cocok pada Kinyoun adalah Nycordia, Rhodococcus, Tsukamurella, dan Gordonia. Hasil pewarnaan ZN akan mengidentifikasikan : 1. Bakteri tahan asam Bakteri tahan asam baru akan terkarakterisasi setelah pewarnaan setelah pemberian asam‐ alkohol. Hasilnya berwarna merah. 2. Bakteri tidak tahan asam Hasilnya adalah berwarna biru karena dekolorisasi pada pewarnaan pertama oleh asam‐alkohol, jadi perlu diberi pewarnaan kedua berupa counter stain. Sifat tahan asam pada bakteri tahan asam disebabkan karena dinding selnya terdiri atas peptidoglikan, arabinogalaktan, dan lipid (50%‐nya tersusun atas asam mikolat). Asam mikolat merupakan asam lemak ranai panjang yang terdiri atas 34‐90 karbon. Pewarnaan ZN terdiri dari : 1. ZN‐A (merah) Terdiri atas : a. Basic fusion b. Alcohol c. Fenol d. Aquades 2. ZN‐B (tidak berwarna) Terdiri atas : a. HCl b. Etil alcohol 3. ZN‐C (biru) Terdiri atas : a. Methylen blue b. Aquades


PERSIAPAN

Sebelum dilakukan pengecatan Gram, tentu harus disiapkan bahan (spesimen) yang akan diperiksa. Bahan yang akan diperiksa, dapat berasal dari : 1) langsung dari penderita dapat berupa sputum (dahak), pus (nanah), discharge telinga, discharge hidung, urin dan cairan serebrospinal.
Spesimen yang akan dicat, sebelumnya dibuat sediaan atau preparat (smear) terlebih dulu. Pengertian preparat adalah sampel spesimen yang diletakkan atau dioleskan pada permukaan gelas obyek (object glass) atau slides, dengan atau tanpa pewarnaan, yang selanjutnya dapat diamati di bawah mikroskop.

Alat dan bahan yang diperlukan adalah :
Alat :
 Ose atau kapas lidi steril
 Gelas obyek
 Lampu spiritus
Bahan :
 Bahan yang akan diperiksa.

Untuk bahan yang berbeda, memerlukan cara pembuatan preparat yang berbeda pula. Berikut cara pembuatan preparat untuk berbagai sumber bahan.
a.1. Bahan langsung dari penderita
Bahan disentrifuge terlebih dulu, kemudian endapannya dibuat preparat. Bahan yang berupa endapan (pellet) hasil sentrifuge tersebut diambil dengan ose steril atau kapas lidi steril kemudian digoreskan pada gelas obyek setipis mungkin. Panaskan gelas obyek di atas nyala api lampu spiritus sambil diayunkan secukupnya (jarak preparat sampai nyala api kira-kira 20 cm), sampai preparat tersebut kering. Setelah kering, teteskan formalin 1 % tunggu selama 5 menit dan keringkan sekali lagi. Setelah betul-betul kering, preparat siap dicat.

a.2. Bahan dari biakan cair
Ambil gelas obyek yang bersih dan steril, bebaskan dari lemak dengan memanaskan di atas nyala api spiritus. Ambil kuman dari biakan cair (yang sebelumnya telah diaduk secara steril) dengan menggunakan ose steril, ratakan pada gelas obyek sehingga membentuk diameter kira-kira 1-2 cm. Preparat yang sudah dibuat kemudian dikeringkan dan ditetesi formalin dengan cara seperti pembuatan preparat langsung.

a.3. Bahan dari media pertumbuhan padat
Ambil gelas obyek yang bersih dan steril, bebaskan dari lemak dengan memanaskan di atas nyala api spiritus. Teteskan satu ose kaldu atau NaCl pada gelas obyek tersebut. Dengan ose steril, ambil satu koloni kuman dan ratakan pada gelas obyek sehingga membentuk diameter 1 – 2 cm, campur dengan kaldu tadi sampai homogen kemudian tipiskan. Selanjutnya dikerjakan sebagaimana membuat preparat dengan bahan berasal dari penderita.

Prinsip yang selalu harus diingat dan dipatuhi adalah :
 Selalu mensterilkan ose, pada saat akan dipakai dan setelah dipakai.
 Letakkan ose pada tempatnya, jangan diletakkan di sembarang tempat (misal di atas meja)
 Jangan memegang mata (ujung) ose dengan tangan.
 Usahakan tidak banyak bicara pada saat kerja.

a. Cat Gram
Cat Gram yang digunakan terdiri dari 4 macam, yaitu cat Gram A, B, C dan D. Masing-masing mempunyai komposisi dan fungsi yang berbeda. Komposisi dan fungsi masing-masing cat Gram, adalah sebagai berikut :
1. Cat Gram A
Cat ini terdiri atas :
Kristal violet : 2 gram
Etil alkohol 95 : 20 ml
Ammonium oksalat : 0,8 gram
Akuades : 80 ml
Cat Gram A berwarna ungu (karena mengandung kristal violet). Cat Gram A merupakan cat primer yang akan memberi warna mikroorganisme target. Pada saat diberi cat ini, semua mikroorganisme akan berwarna ungu sesuai warna cat Gram A.
2. Cat Gram B
Cat ini terdiri atas :
Yodium : 1 gram
Kalium Yodida : 2 gram
Akuades : 300 ml
Cat Gram B berwarna coklat. Cat Gram B merupakan cat Mordan, yaitu cat atau bahan kimia yang berfungsi memfiksasi cat primer yang diserap mikroorganisme target. Akibat pemberian cat Gram B, maka pengikatan warna oleh bakteri akan lebih baik (lebih kuat).
3. Cat Gram C
Cat ini terdiri atas :
Aseton : 50 ml
Etil alkohol 95 % : 50 ml
Cat Gram C tidak berwarna. Cat ini berfungsi untuk melunturkan cat sebelumnya. Akibat pemberian cat C akan terjadi 2 kemungkinan :
 Mikroorganisme (bakteri) akan tetap berwarna ungu, karena tahan terhadap alkohol. Ikatan antara cat dengan bakteri tidak dilunturkan oleh alkohol. Bakteri yang bersifat demikian disebut bakteri Gram positif.
 Bakteri akan tidak berwarna, karena tidak tahan terhadap alkohol. Ikatan antara cat dengan bakteri dilunturkan oleh alkohol. Bakteri yang bersifat demikian dikelompokkan sebagai bakteri Gram negatif.
4. Cat Gram D
Cat Gram D terdiri atas :
Safranin : 0,25 gram
Etil alkohol 95 % : 10 ml
Akuades : 90 ml
Cat ini berwarna merah. Cat ini merupakan cat sekunder atau kontras. Cat ini berfungsi untuk memberikan warna mikroorganisme non target. Cat sekunder mempunyai spektrum warna yang berbeda dari cat primer. Akibat pemberian cat Gram D, akan terjadi 2 kemungkinan :
 Bakteri Gram positif akan tetap berwarna ungu, karena telah jenuh mengikat cat Gram A sehingga tidak mampu lagi mengikat cat Gram D.
 Bakteri Gram negatif akan berwarna merah, karena cat sebelumnya telah dilunturkan oleh cat Gram C maka akan mampu mengikat cat Gram D.

Dasar teori cat Gram
Berdasarkan sifat terhadap cat Gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu bakteri Gram positif dan Gram negatif. Terdapat dua teori yang dapat menjelaskan dasar perbedaan ini yaitu :
1. Teori Salton
Teori ini berdasarkan kadar lipid yang tinggi (20 %) di dalam dinding sel bakteri Gram negatif. Zat lipid ini akan larut selama pencucian dengan alkohol. Pori-pori pada dinding sel membesar, sehingga zat warna yang sudah diserap mudah dilepaskan dan bakteri menjadi tidak berwarna.
Bakteri Gram positif mengalami denaturasi protein pada dinding selnya akibat pencucian dengan alkohol. Protein menjadi keras dan beku, pori-pori mengecil sehingga kompleks kristal yodium yang berwarna ungu dipertahankan dan bakteri akan tetap berwarna ungu.
2. Teori permeabilitas dinding sel
Teori ini berdasarkan tebal tipisnya lapisan peptidoglikan dalam dinding sel. Bakteri Gram positif mempunyai susunan dinding yang kompak dengan lapisan peptidoglikan yang terdiri dari 30 lapisan. Permeabilitas dinding sel kurang, dan kompleks kristal yodium tidak dapat keluar.
Bakteri Gram negatif mempunyai lapisan peptidoglikan yang tipis, hanya 1 – 2 lapisan dan susunan dinding selnya tidak kompak. Permeabilitas dinding sel lebih besar sehingga masih memungkinkan terlepasnya kompleks kristal yodium.

CARA PENGECATAN GRAM
Sebelum melakukan pengecatan Gram, siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
Pastikan semua alat dan bahan yang diperlukan serta tempat untuk mencuci terletak di tempat yang terjangkau. Jangan sampai terlalu jauh sehingga menyulitkan dan memakan waktu.
Alat dan bahan yang diperlukan adalah :
Alat :
 Rak pengecatan
 Kran/sumber air yang mengalir
Bahan :
 Cat Gram A, B, C dan D
 Preparat yang telah siap untuk dicat
Skema cara pengecatan Gram :













































KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PENGECATAN GRAM
Kelebihan :
1. Pengecatan Gram penting sebagai pedoman awal untuk memutuskan terapi antibiotik, sebelum tersedia bukti definitif bakteri penyebab infeksi (kultur dan tes kepekaan bakteri terhadap antibiotik). Hal ini karena bakteri Gram positif dan negatif mempunyai kepekaan yang berbeda terhadap berbagai jenis antibiotika.
2. Kadang-kadang morfologi bakteri yang telah dicat Gram mempunyai makna diagnostik. Misalnya pada pemeriksaan Gram ditemukan Gram negatif diplococci intraseluler dari spesimen pus (nana) uretral, maka memberikan presumptive diagnosis untuk penyakit infeksi gonore.
Kekurangan :
Pengecatan Gram memerlukan mikroorganisme dalam jumlah banyak yakni lebih dari 104 per ml. Sampel yang cair dengan jumlah kecil mikroorganisme misalnya cairan serebrospinal, memerlukan prosedur sentrifuge dulu untuk mengkonsentrasikan mikroorganisme tersebut. Pellet (endapan hasil sentrifuge) kemudian dilakukan pengecatan untuk diperiksa secara mikroskopis.

Pustaka acuan :

Nirwati, Hera, _______, Pembuatan Preparat dan Pengecatan dalam Petunjuk Praktikum Mikrobiologi, Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Strohl, William A, Rouse,H, Fisher, BD, 2001, Lippincott’s Illustrated Reviews: Microbiology, Lippincott William & Wilkins, USA
fkuii.org/tiki-download_wiki_attachment.php?attId=211&page=mikrobiologi_lembar_kerja_praktikum

Selasa, 03 Februari 2009

February 4th, 2008

Hi, friend, how are u ????
masuk ke blogq nagh .........

Laporan Protein


BAB I

PENDAHULUAN

Protein (protos yang berarti ”paling utama") adalah senyawa organik kompleks yang mempuyai bobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Peptida dan protein merupakan polimer kondensasi asam amino dengan penghilangan unsur air dari gugus amino dan gugus karboksil. Jika bobot molekul senyawa lebih kecil dari 6.000, biasanya digolongkan sebagai polipeptida.

Proetin banyak terkandung di dalam makanan yang sering dikonsumsi oleh manusia. Seperti pada tempe, tahu, ikan dan lain sebagainya. Secara umum, sumber dari protein adalah dari sumber nabati dan hewani. Protein sangat penting bagi kehidupan organisme pada umumnya, karena ia berfungsi untuk memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak dan suplai nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Maka, penting bagi kita untuk mengetahui tentang protein dan hal-hal yang berkaitan dengannya.

Oleh karena itu, kegiatan praktikum ini bertujuan untuk mengetahui adanya ikatan peptida dari suatu protein, membuktikan adanya asam amino bebas dalam suatu protein, membuktikan adanya asam amino yang berinti benzena, mengetahui kelarutan protein terhadap suatu pelarut tertentu, dan mengetahui titik isoelektrik dari suatu protein secara kualitatif.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Buiret adalah senyawa dengan dua ikatan peptida yang terbentuk pada pemanasan dua mulekul urea. Ion Cu2+ dari preaksi Biuret dalam suasana basa akan berekasi dengan polipeptida atau ikatan-ikatn peptida yang menyusun protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu atau violet. Reaksi ini positif terhadap dua buah ikatan peptida atau lebih, tetapi negatif untuk asam amino bebas atau dipeptida.

Semua asam amino, atau peptida yang mengandung asam-α amino bebas akan bereaksi dengan ninhidrin membentuk senyawa kompleks berwarna biru-ungu. Namun, prolin dan hidroksiprolin menghasilkan senyawa berwarna kuning.

Protein mengandung asam amino berinti benzen, jika ditambahkan asam nitrat pekat akan mengendap dengan endapan berwarna putih yang dapat berubah menjadi kuning sewaktu dipanaskan. Senyawa nitro yang terbentuk dalam suasana basa akan terionisasi dan warnanya akan berubah menjadi lebih tua atau jingga. Rekasi ini didasarkan pada uji nitrasi inti benzena yang terdapat pada mulekul protein menjadi senyawa intro yang berwarna kuning

Protein bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan larutan asam dan basa. Daya larut protein berbeda di dalam air, asam, dan basa; ada yang mudah larut dan ada yang sukar larut. Namun, semua protein tidak larut dalam pelarut lemak seperti eter dan kloroform. Apabila protein dipanaskan atau ditambah etanol absolut, maka protein akan menggumpal (terkoagulasi). Hal ini disebabkan etanol menarik mantel air yang melingkupi molekul-molkeul protein.

Kelarutan protein di dalam suatu cairan, sesungguhnya sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, pH, suhu, kekuatan ionik dan konstanta dielektrik pelarutnya.

Protein seperti asam amino bebas memiliki titik isoelektrik yang berbeda-beda. Titik Isoelektrik (TI) adalah daerah pH tertentu dimana protein tidak mempunyai selisih muatan atau jumlah muatan positif dan negatifnya sama, sehingga tidak bergerak ketika diletakkan dalam medan listrik. Pada pH isoelektrik (pI), suatu protein sangat mudah diendapkan karena pada saat itu muatan listriknya nol.


BAB III

METODOLOGI

Metode yang digunakan pada kegiatan praktikum ini adalah menggunakan alat-alat, bahan-bahan, dan prosedur-prosedur sebagai berikut :

  1. Alat

  1. Pipet tetes
  2. Tabung reaksi
  3. Rak tabung reaksi
  4. Penjepit tabung reaksi
  5. Penangas air
  6. Alat permanas
  7. Pengatur waktu
  8. Pipet ukur


  1. Bahan

  1. Albumin 2 %
  2. Gelatin 2 %
  3. Kasein 0,5 %
  4. Pepton 0,5 %
  5. Glisin 2 %
  6. Pereaksi Ninhidrin 0.1 %
  7. Triptofan 2 %
  8. Larutan HNO3 Pekat
  9. Larutan NaOH 10 %
  10. Larutan CuSO4 0.2 %
  11. Fenilanalina 2 %
  12. Larutan Kasein Netral
  13. Buffer asetat pH : 3,8; 4,7; 5,0; 5,3; 5,9
  14. Akuadestilata
  15. Larutan HCl 10 %
  16. Larutan NaOH 40 %
  17. Alkohol 96 %
  18. Kloroform

  1. Prosedur

1. Uji Biuret

· Sediakan 4 tabung reaksi yang bersih dan kering, lalu masing-masing diisi dengan larutan Albumin, Kasein, Gelatin dan Glisin sebanyak 2 mL.

· Tambahkan pada setiap tabung 1 mL NaOH 10 % dan CuSO4 0.2 % sebanya 3 tetes.

· Campur dengan baik.

· Amati dan catat perubahan warna yang terjadi

2. Uji Ninhidrin

· Sediakan 4 tabung reaksi yang bersih dan kering, lalu masing-masing diisi dengan larutan Albumin, Kasein, Gelatin dan Glisin sebanyak 2 mL.

· Tambahkan pada setiap tabung 5 tetes pereaksi Ninhidrin

· Campur dengan baik, dan panaskan di penangas air hingga mendidih selama 5 menit.

· Amati dan catat perubahan warna yang terjadi

3. Uji Xantoprotein

· Sediakan 4 tabung reaksi yang bersih dan kering, lalu masing-masing diisi dengan larutan Albumin, Kasein, Gelatin dan Triptofan sebanyak 2 mL.

· Tambahkan pada setiap tabung 1 mL HNO3 pekat. Perhatikan adanya endpan putih yang terbentuk

· Panaskan 1 menit sampai endapan larut kembali dan larutan berubah menjadi berwarna kuning.

· Amati dan catat perubahan warna yang terjadi

· Reaksi adalah positif, jika pada bidang perbatasan (interface) antara protein dan NaOH tebentuk warna jingga.

4. Uji Kelarutan Protein

· Sediakan 5 tabung reaksi yang bersih dan kering. Lalu masing-masing diisi dengan akudestilata, HCl 10 %, NaOH 40 %, alkohol 96 %, dan kloroform sebanyak 1 mL

· Tambahkan pada setiap tabung 2 mL albumin telur

· Kocoklah dengan kuat, kemudian amati sifat kelarutannya.

· Ulangi percobaan menggunakan gelatin

5. Uji Penentuan Titik Isoelektrik Protein

· Sediakan 5 tabung reaksi yang berisih dan kering, lalau masing-masing diisi sengan larutan kasein netral sebanyak 1 mL.

· Tambahkan pada setiap tabung 1 mL buffer asetat masing-masing dari pH 3.8; 4.7; 5.0; 5.3; dan 5.9

· Kocoklah campuran dengan baik, lalau catat derajat kekeruahnya setelah 0, 10, dan 30 menit.

· Perhatikan hasilnya, yaitu pada tabung beberapa bentuk endapan maksimal

· Selanjutnya panaskan semua tabung di dalam penangas air.

· Amati hasilnya. Pembentukan endapan kekeruhan, palng cepat atau paling banyak merupakan titik isoelektriknya.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Uji Biuret

No.

Zat Uji

Hasil Uji Biuret

Polipetida (+/-)

1

Albumin 2 %

Berwarna Ungu

+

2

Gelatin 2%

Berwarna Violet

+

3

Kasein 0.5%

Berwarna Ungu

+

4

Glisin 2%

Berwarna Biru

-

Polipeptida mempuyai perbedaan dengan protein. Polipeptida mempunyai residu asam amino ≤ 100 dan dan bobot mulekul ≤ 6.000. Sedangkan, pada protein residu asam amnionya ≥ 100 dan bobot mulekulnya ≥ 6.000. Pada praktikum ini, zat uji Glisin menunjukkan hasil negatif dengan indikasi terbentuknya warna biru adalah karena tidak adanya ikatan peptida. Glisin adalah salah satu asam amino esenial dengan rumus bangun NH2—CH2CO2H. Sedangkan pada Albumin, Gelatin dan Kasein rumus bangunya lebih kompleks dan mengikat dua atau lebih asam amino esensial , sehingga terbentuk ikatan peptida.

Berikut gambaran proses pembantukan ikatan peptida :

Ikatan peptida


Jadi, ikatan peptida hanya terbentuk apabila ada dua atau lebih asam amino esensial yang bereaksi.

B. Uji Ninhidrin

No.

Zat Uji

Hasil Uji Ninhidrin

Asam amino bebas (+/-)

1

Albumin 2 %

Berwarna Ungu

+

2

Gelatin 2%

Berwarna Ungu

+

3

Kasein 0.5%

Bening

-

4

Pepton 2%

Berwarna Merah Muda

-

5

Fenilanalina

Berwarna Ungu

+

Asam amino bebas adalah asam amino dimana gugus aminonya tidak terikat. Pada praktikum di atas, albumin, gelatin, dan fenilanalina membentuk warna ungu kaena dapat bereaksi dengan Ninhidrin. Hal ini menandakan ketiga zat uji tersebut mempunyai gugus asam amino bebas.

Sebaliknya, pada kasein dan pepton tidak diperoleh indikasi terbentuk atau adanya asam amino bebas, karena reaksi dengan ninhidrin tidak berwarna sampai membentuk warna merah muda. Semakin banyak ninhidrin pada zat uji yang dapat bereaksi, semakin pekat warnanya. Hal ini juga mendasari bahwa uji Ninhidrin dapat digunakan untuk menentukan asam amino secara kuantitatif.


C. Uji Xantoprotein

No.

Zat Uji

Hasil Uji Xantoprotein

Asam amino berinti benzena (+/-)

1

Albumin 2 %

Lapisan Jingga

+

2

Gelatin 2%

Bening

-

3

Kasein 0.5%

Lapisan Merah

-

4

Triptofan 2%

Lapisan Kuning Jingga

+

Ada sebagian peptida dan protein yang mempunyai gugus asam amino berinti benzena. Seperti fenilanalina, tirosin, albumin, riptofan dan lain sebagainya. Pada praktikum di atas, hasil positif pada zat uji albumin dan triptofan mengindikasikan keduanya terdapat inti benzena, yaitu dengan indikasi terbentuknya lapisan jingga atau kuning jingga.

Sedangkan, pada kasein dan gelatin menghasilkan lapisan merah dan bening mengindikasikan negatif. Berikut contoh struktur bangun protein yang berinti benzena :

—CH2CHCO2OH

NH2

Feinilanalina

D. Uji Kelarutan Protein

No.

Zat Uji

Akuadestilata

HCl 10 %

NaOH 40 %

Alkohol 96 %

Kloroform

1

Albumin

Larut

Larut

Tidak Larut

Larut

Tidak Larut

2

Gelatin

Larut

Larut

Tidak Larut

Larut

Tidak Larut

Protein mempunyai kemampuan untuk larut pada beberapa zat pelarut, karena pada dasarnya ia bersifat amfoter. Pada praktikum di atas, protein (albumin dan gelatin) tidak larut hanya pada NaOH 40 % dan kloroform. Karena, keduanya adalah pelarut lemak.

E. UJI Penentuan Titik Isoelektrik Protein

No. Tabung

pH

Pengamatan Endapan, sedikit atau banyak

1

3.8

0; Endapan Banyak

10; Endapan Banyak

30; Endapan Banyak

2

4.7

0; Endapan Sedikit

10; Endapan Sedikit

30; Endapan Sedikit

3

5.0

0; Tidak Ada

10; Tidak Ada

30; Tidak Ada

4

5.3

0; Tidak Ada

10; Tidak Ada

30; Tidak Ada

5

5.9

0; Tidak Ada

10; Tidak Ada

30; Tidak Ada

Setelah dipanaskanm, hasilnya sama dengan hasil semula.

Pada praktikum di atas, semaikn kecil pH buffer asetatnya, semakin banyak endapannya. Karena pH yang kecil dan benyak membantuk endapan berarti selisih muatan listriknya antara yang positif dan negatif sama. Sehingga, tidak dapat bergerak dan membantuk endapan atau warna keruh. Jadi, pada pH 3,8 dan 4,7 sebagai dua pH terkecil dapat membentuk endapan, karena terbentuk muatan negatif dan positif yang sama.


BAB V

KESIMPULAN

  • Albumin, Gelatin, Kasein positif Polipetida. Sedangkan, Glisin negatif.
  • Pada Albumin, Geltain, Fenilanalin, terdapat asam amino bebas. Sedangkan Kasein dan Pepton tidak.
  • Pada Albumin dan Triptofan inti asam aminonya berupa benzena. Sedangkan Gelatin dan Kasein tidak.
  • Protein (Albumin dan Gelatin) larut pada akuadestilata, HCl 10 %, dan alkohol 96 %. Dan tidak larut pada NaOH 40 % dan kloroform.
  • Semakin kecil pH Buffer asetat pada uji Isoelektrik, semakin banyak endapan yang terbentuk.

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

Jalip, I.S. 2008. Penuntun Praktikum Kimia Organik. Laboratorium Kimia Fakultas Biologi Universitas Nasional. Jakarta.

Robinson, Trevor. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Penerbit ITB. Bandung